Ternyata Modal Sosial Itu, Merupakan Sumberdaya Penggerak

Spread the love

Tulisan ini, saya awali dari cerita mahasiswa saya, pada hari minggu kemarin tepatnya 6 Maret 2022, saya di hubungi oleh mahasiswa saya, berasal dari Universitas Bandar Lampung (UBL), dan kampus tersebut masuk salah satu nominasi sebagai pergurun tinggi bergengsi dan ternama di Indonesia. Kebetulan beliau sudah menyelesaikan studinya pada Program studi Administrasi Publik Fakultas ilmu sosial. Pada masa kuliahnya pernah menjadi pimpinan mahasiswa di tingkat fakultas, namanya Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di tingkat Fakultas. Beliau sangat aktif dalam menjalankan kegiatan dan rutinitas kegiatan dan program yang sudah di tetapkan melalui rapat bersama dengan pengurus. Saat saya mengajar di ruangan kuliahnya saat itu menjalani semester empat atau tingkat dua di kampusnya.

Pada masa kuliah saya sering melakukan diskusi di luar bangku kuliah, berbagai pengalaman tentang apa yang sudah dilakukan dan bahkan saya berbincang-bincang juga terkait dengan kehidupannya di desa dan termasuk kegiatan orang-orang di kampung halamannya. Setiap saat saya mau mengajar ke kampus pasti kami saling berkoordinasi, karena beliau adalah ketua kelas dan sekaligus penanggungjawab kelas. Termasuk juga untuk mengatur jadwal dan ruangan kuliah pun, dibawah koordinasinya antara dosen dengan teman-teman mahasiswa.

Suatu ketika, beliau menceritakan pula situasi dan keadaan orang tuanya di kampung halamannya, selain itu mengisahkan pula mulai dari awal berangkat dari kampung halamannya dengan keterbatasan pembiayaan dari orang tuanya. Karena dengan kemauannya dan kegigihannya mengejar cita-cita, maka beliau pun mendapatkan beasiswa untuk pembiayaan SPP dan biaya bulannya pun ditanggung oleh pihak pemberi beasiswa. Bermodalkan beasiswa itulah membuat dirinya semakin memiliki semangat untuk menjalani proses pendidikannya di kampus dan menyelesaikan dengan tepat waktu.

Kuliah Sambil Diskusi

Semester empat itulah saya ketemu dengan beliau melalui mata kuliah Pembangunan Masyarakat Desa. Saat itu saya merencanakan pembelajaran dengan beberapa metode, salah satunya saya meminta mahasiswa untuk mencari persoalan di tempatnya masing-masing. Penugasan yang saya berikan saat itu, mahasiswa wajib membentuk kelompok dan melakukan pemetaan persoalan di desa dan sekaligus mencarikan solusi aternatif sesuai dengan apa  yang bisa dilakukan berdasarkan konsep dan aplikatif.

Beliau saya meminta untuk mengkoordinir bagi semua hasil kelompok teman-temannya dan lalu dilakukan presentasi. Melalui forum diskusi mandiri hasil kajian dari mahasiswa/ teman-temannya itulah, lalu muncul keinginanya untuk tertarik mengkaji tentang pembangunan desa, dan bahkan hingga tugas akhirnya pun mengambil kebijakan pembangunan desa. Beliau berpandangan bahwa sebenarnya mengkaji tentang desa bisa diambil dari berbagai prespektif bisa aspek politik, ekonomi, kelembagaan, hingga pada tata perencanaan wilayah desa.

Hari minggu tanggal 6 Maret 2022 beliau melakukan kegiatan di Kampung halamannya di salah satu desa di Provinsi Sumatera Selatan, dan beliau sangat bersemangat menghubungi saya atas hasil kegiatannya tersebut. Sebagai kegiatan di daerah yang dianggap sukses apabila mampu mendatangkan pejabat publik yaitu Ketua DPRD kabupaten dimana dia tinggal. Pejabat desa dan pejabat pemerintah di tingkat kecamatan dan Kabupaten pun turut hadir. Waktu sekitar awal Januari 2022, sempat saya dikontak oleh beliau bahwa memiliki hajatan akan melakukan kegiatan yang akan dilakukan ingin memberikan contoh pada anak-anak desa tentang bagaimana membuka akses dengan pemerintah daerah.

Waktu itu saya memberikan apresiasi yang tinggi, karena ingin menjadi penggerak perubahan di desanya. saya baru teringat, ternyata pada saat saya memberikan kuliah di ruangannya, saya memang sempat memberikan arahan bagi semua mahasiswa, bahwa salah satu bentuk keberhasilan mahasiswa, apabila mampu menjadi tenaga penggerak perubahan di desanya. Melalui komunikasi itulah, beliau menyampaikan bahwa kegiatan yang akan dilakukan tidak ada dana/anggaran. Sedangkan teman-teman yang terlibat sudah tidak memiliki harapan bahwa kegiatan itu tidak dapat berjalan tanpa ada biaya.

Kegiatan Itu Bukan Soal Dana, Namun Inventarisasi Sumber Daya

Melalui sambungan telepon saya menyampaikan bahwa kegiatan yang akan dilakukan, seharunya jangan dimulai dari pembicaraan pendanaan, namun yang perlu didiskusikan dengan teman-teman, hanya butuh komitmen dan menanyakan pada diri sendir secara individu bahwa sumberdaya apa kira-kira yang kita miliki?. Semua yang kita libatkan dan teruama yang berkumpul di forum, kira-kira sumberdaya apa yang bisa teman-teman dukung agar kegiatan dapat berjalan. Lalu rapat tetap berjalan, dan muncullah kesepakatan bahwa ternyata sumberdaya yang dimiliki teman-teman berupa fasilitas pendukung sudah di catatkan dan di data. Pada akhirnya, teman-teman yang tergabung dalam kegiatan, saat itupun memiliki semangat yang sama, bahwa ternyata kita semua memilki sumberdaya untuk mendukung kegiatan.

Ternyata beliau mengingat lagi kembali, karena saya pernah melakukan kegiatan bareng dengan teman-temannya di kampus, berkaitan dengan kegiatan diskusi publik yang diselenggarakan oleh BEM. Waktu itu saya sempat obrolan santai di perpustakaan FISIP UBL, dan menyampaikan bahwa BEM mau melakukan kegiatan namun tidak memiliki dana. Saya berikan pandangan bahwa kegiatan yang akan dilakukan, lalu membicarakan ketersediaan dana pasti kegiatan tersebut tidak akan berjalan.

Lalu teman-teman yang tergabung dengan obrolan saya, ikut terdiam dan tidak ada tanggapan. Lalu beliau bertanya bagaimana solusinya “pak dosen”. Saya bilang bahwa sebuah agenda bisa berjalan hanya butuh 3 hal yaitu tempat, narasumber dan peserta. Pertama Untuk tempat bisa dilakukan di kawasan kampus pada wilayah terbuka, dan jangan melakukan di dalam ruangan karena membutuhkan tenaga listrik yang berjumlah besar (AC dan Penerangan listrik dll). Kalau kegiatan dilakukan di luar ruangan hanya membutuhkan alat pengeras suara. Kedua mendatangkan narasumber sebaiknya dapat meminta pada dosen-dosen dan instansi pemerintah dan atau pejabat publik, yang kemungkinan besar ada peluang mendapatkan pembiayaan dari kantornya. Dan sebelumnya sampaikan bahwa acara yang akan diselenggarakan tidak ada transportasi dan akomodasi, dll. Ketiga untuk peserta bisa melibatkan teman-teman mahasiswa dan maupun organisasi profesi lainnya, dan kegiatan ilmiah juga merupakan sebagai suplemen tambahan intelektual bagi mahasiswa.

Ternyata obrolan saya tersebut kegiatannya dapat terlaksana, dan saat itu dilakukan di pelataran kampus UBL, dan saya sempat hadir pada kegiatan tersebut, dan walaupun saya tidak menjadi narasumber, dan saya termasuk bangga bahwa kegiatan tersebut terbukti tanpa mengeluarkan pembiayaan sedikitpun dari panitia pelaksana.

Format kegiatan dari kampus ditularkan pada adik-adiknya di kampung halamannya dan waktu itu ternyata mengadopsi konsep yang saya sampaikan pada point pembangunan berbasis partisipatif. Bahwa membangun bangsa ini bisa dilakukan dengan modal sosial. Terjemahan sederhanya bahwa untuk melakukan sumbangsi pembangunan di negeri ini, kita hanya memerlukan kemampuan untuk mengorganisir sumberdaya apa yang dimiliki oleh teman-teman, masyarakat dan kita semua, dan dapat disatukan menjadi sebuah kekuatan bersama-sama untuk membangun kampung halaman dan termasuk negeri ini.

Hari minggu 6 Maret 2022 menghubungi saya dan menyampaikan terima kasih atas konsep-konsep yang saya diskusiak selama ini, dan telah diterjemahkan. Melalui kegiatan tersebut, Ketua DPRD kabupaten dan beberapa anggota DPRD yang hadir pada kegiatan tersebut, semuanya mampir di rumahnya. Suatu kehormatan sangat berharga pejabat publik bisa mampir di rumahnya. Bagi beliau itu hal biasa, namun bagi masyarakat sekitarnya itu merupakan hal luar biasa. Selain itu beliau menyampaikan lagi keinginannya untuk melanjutkan Studi Strata dua dalam bidang ilmu Kebijakan Publik. Sebagai guru dan teman diskusi saya sangat bangga, bahwa tenyata saudara baru mengetahui bahwa modal sosial itu sumberdaya yang kuat untuk menggerakkan kemajuan negeri ini.

Suwaib Amiruddin

sosiolog