SAF DAN PRAMUKA UNTIRTA GELAR DIALOG PUBLIK PERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA KE-97

Spread the love

Suwaib Amiruddin Foundation (SAF) bersama Pramuka Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) berkolaborasi dengan sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97 melalui kegiatan Dialog Publik bertema “Pergerakan Indonesia dari Akar Rumput: Kolaborasi Pemuda dan Desa Menuju Kemandirian.”

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 28 November 2025, di Kantin KHAS Untirta, Sindangsari, dan dihadiri oleh mahasiswa serta pemuda dari berbagai organisasi. Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka mengikuti diskusi yang membahas peran generasi muda dalam membangun kemandirian desa sebagai pondasi kemajuan bangsa.

Dialog publik ini dibuka oleh Direktur Rumah Buku SAF, Aji Sahyudi, dan dikemas dalam format talkshow santai menjelang senja. Dua narasumber yang hadir, yaitu Dzulfikar (Ketua Gerakan Mahasiswa Serang Utara/Gamsut) dan Gema Rheksa (Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Komisariat Untirta), berbagi pandangan tentang pentingnya sinergi antara pemuda dan masyarakat desa dalam memperkuat kemandirian lokal.

Meski dua narasumber lain, yakni perwakilan dari Karang Taruna Kabupaten Serang dan ICMI Orda Kota Serang, berhalangan hadir, diskusi tetap berlangsung dinamis dan menghasilkan berbagai gagasan penting mengenai peran pemuda sebagai agen perubahan dari akar rumput.

Menurut Aji Sahyudi, kegiatan ini menjadi ruang reflektif bagi pemuda untuk membangun kesadaran kritis terhadap perannya dalam pembangunan daerah.

“Sumpah Pemuda bukan hanya peringatan sejarah, tapi momentum untuk menegaskan kembali bahwa perubahan harus dimulai dari bawah. Desa adalah sumber kekuatan bangsa, dan pemuda punya peran besar untuk menjadikannya mandiri,” ujar Aji.

Sementara itu, Dzulfikar, Ketua Gerakan Mahasiswa Serang Utara (Gamsut), menekankan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus diwujudkan melalui aksi nyata.

 “Sumpah Pemuda mengingatkan kita pada perjuangan para tokoh dalam mempersatukan perbedaan untuk memperjuangkan persatuan Indonesia. Tantangan kita hari ini bukan lagi penjajahan yang terlihat oleh mata, melainkan penjajahan pada diri sendiri-rasa malas dan ketidakpedulian terhadap kondisi ekonomi, sosial, politik, dan hukum. Sebagai pemuda, kita harus melawannya dengan semangat membangun kemandirian daerah,” ujarnya.

Senada dengan itu, Gema Rheksa, Ketua PMII Komisariat Untirta, menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda tidak cukup hanya diperingati, tetapi harus diwujudkan melalui gerakan yang nyata.

“Semangat Sumpah Pemuda tidak berhenti pada seremoni, tapi harus kita buktikan dengan bergerak mewujudkan cita-cita bangsa. Desa adalah tatanan wilayah terkecil, namun dari sanalah perubahan bisa dimulai. Pemuda perlu merevitalisasi organisasi-organisasi di desa melalui kegiatan pelatihan agar semangat perubahan tumbuh dari akar dan menjulang tinggi,” tutur Gema.

Kevin Rival Pandega, Ketua Racana Pramuka Untirta melihat kegiatan ini sebagai wujud nyata pengamalan nilai-nilai kepramukaan dalam kehidupan sosial.

 “Pramuka hadir bukan hanya untuk kegiatan lapangan, tapi juga untuk berperan aktif dalam isu-isu sosial dan pembangunan. Dialog ini menjadi cara kami menyalurkan semangat gotong royong dan kepemimpinan pemuda agar tetap relevan dengan tantangan zaman,” ujar salah satu perwakilan Pramuka Untirta.

Kegiatan ini menjadi ajang refleksi sekaligus kolaborasi lintas organisasi, meneguhkan semangat Sumpah Pemuda dalam bentuk nyata: bekerja bersama, dari akar rumput, untuk Indonesia yang mandiri dan berdaya.